TUGAS
PENGANTAR WEB SCIENCE
EKONOMI
WEB
15
JULI 2022
NAMA :
ALOYSIUS RIANDIKA HERMAWAN
KELAS : 2IA16
NPM :
50420149
TEKNIK
INFORMATIKA
UNIVERSITAS
GUNADARMA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN
Penggunaan
media sosial membawa dampak positif yaitu memberikan banyak kemudahan bagi
remaja, seperti sebagai media sosialisasi dan komunikasi dengan teman, keluarga
ataupun guru, media diskusi terkait tugas di sekolah dengan teman dan
mendapatkan informasi terkait kesehatan secara online. Sedangkan menurut Oetomo
(2007) media sosial memfasilitas remaja untuk dapat belajar berbisnis dalam
mencari uang melalui e-commerce. Media sosial memang memberikan banyak dampak
positif bagi remaja, tetapi juga memberian dampak negatif bagi kehidupan
remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja tidak mampu dalam mengontrol penggunaan
media sosial. Jika remaja tidak mampu dalam mengontrolnya, maka waktu dalam
penggunaannya akan meningkat dan dapat menyebabkan kecanduan terhadap media social.
Tahapan
yang sangat penting dilalui oleh remaja yaitu ketika pada masa remaja tengah.
Hal tersebut dikarenakan pada masa ini remaja berada pada tahap masa pencarian
identitas diri, sangat membutuhkan peran teman sebaya, berada dalam kondisi
kebingungan karena belum mampu menentukan aktivitas yang bermanfaat serta
memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal yang belum
diketahuinya.
Hasil
survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2017)
menyatakan bahwa pertumbuhan pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun
semakin mengalami peningkatan. Tahun 2017 merupakan tahun dengan jumlah
pengguna internet tertinggi, yaitu sebanyak 143,26 juta jiwa dari total
populasi penduduk Indonesia yaitu sekitar 262 juta orang. Angka tersebut
meningkat 10,56 juta jiwa, jika dibandingkan dengan pengguna internet pada
tahun 2016. Jumlah pengguna internet tertinggi berada di pulau Jawa, tepatnya
sebanyak 86,3 juta orang atau sekitar 58,08%. Durasi penggunaan media sosial
per hari yaitu 1-3 jam (43,89%), 4-7 jam (29,63%) dan lebih dari 7 jam
(26,48%).
Remaja yang mengalami kecanduan akan menjadi
sangat tergantung terhadap media sosial, sehingga mereka rela menghabiskan
waktu yang lama hanya untuk mencapai kepuasan. Media
sosial membuat remaja menjadi acuh dengan tanggung jawabnya sebagai pelajar
yang berdampak pada keterlambatan dalam pengumpulan tugas-tugas sekolah, waktu
belajar berkurang dan prestasi di sekolah mengalami penurunan yang drastis
dikarenakan remaja sibuk menghabiskan waktunya untuk mengakses media social. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Thakkar (2006) juga menunjukkan bahwa dampak negatif
yang juga dapat diberikan media sosial yaitu adanya kekerasan online
(cyberbullying), sexting, depresi dan bahaya privacy yang dilakukan remaja.
Penggunaan media sosial pada remaja juga dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan moral, pola interaksi dan komunikasi berubah serta kenakalan dan
perilaku menyimpang mengalami peningkatan, seperti pertikaian dan tindakan
kejahatan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PEMBAHASAN
·
Suasana hati (cemas,
kesepian)
Salah
satu dampak media social yang negative adalah ketika kehidupan remaja mulai
muncul banyak masalah dikarenakan mengakses media sosial secara terus menerus,
misalnya mengabaikan hubungan dengan orang lain dalam kehidupan nyata, terjadi
masalah pada pendidikan dan dapat memperburuk suasana hati seseorang Seseorang
dapat menginterpretasikan orang lain bahagia, cemas, sedih, marah atau bosan
biasanya melalui ekspresi wajah yang tampak, seperti; tersenyum, menyeringai,
cemberut atau ekspesi lain;. Selain itu sikap badan, suara dan gerak isyarat
juga dapat dijadikan petunjuk penting suasana hati yang sedang dialami
seseorang
·
Pola tidur
Pada
masa remaja akhir dan dewasa muda terjadi pergeseran irama sirkadian (irama
tidur dan bangun yang teratur) sehingga jam tidur pun bergeser. Secara umum
kebutuhan tidur meningkat, namun bergeser karena kebiasaan menonton televisi,
bermain di depan komputer ataupun gadget sebelum tidur, mengakses jejaring
sosial atau berinteraksi dengan pengguna lainya, sehingga menyebabkan remaja
mengalami kurang tidur, kebiasaan ini dapat memicu insomnia, sakit kepala dan
kesulitan berkonsentrasi. Studi
yang dilakukan oleh Syamsoedin dkk (2015) mengenai durasi penggunaan media
sosial dan kejadian insomnia pada remaja di SMA Negri 9 Manado, didapati
sebagian besar responden yang pernah menggunakan media sosial 96,25% dan 71,0%
mengalami insomnia. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal peneliti
secara langsung pada 15 orang di SMA Advent Klabat Manado, didapati bahwa ada
remaja yang menggunakan media sosial sampai menyebabkan sulit untuk tidur atau
insomnia.
Menurut
Joewana, salah satu penyebab insomnia adalah kebiasaan menggunakan benda
elektronik yang bersinar terang dan menyorot pada mata sehingga cahayanya dapat
memicu atau menstimulasi otak untuk membuat kita terbangun dan menunda
keinginan untuk tidur. Menurut bahwa pola tidur sangat dipengaruhi oleh kondisi
mental dan motivasi saat memasuki jam istirahat malam, dengan tingkat stres
yang tinggi dapat menyebabkan otak untuk berfikir sehingga membuat terjaga dan
jam tidur berubah, begitujuga saat keinginan tetap terjaga dengan bermain
gadget saat masuk jam tidur dapat mempengaruhi otak. Disisi lain gelombang elektromagnetik
cahaya yang dikeluarkan gadget dapat menurunkan produksi hormon melatonin yang
berfungsi mengatur dan memelihara irama sirkandian yang berperanpenting dalam
menentukan waktu tidur dan bangun.
·
Kepercayaan diri
Media
sosial merupakan media atau sarana yang digunakan untuk berbagi data atau
informasi pribadi, saling berkomunikasi, berbagi cerita, dan memposting teks,
gambar atau video. Cyberbullying lebih mudah di lakukan dari pada kekerasan
biasa karena pelaku tidak perlu menghadapi kelompok sasaran yang akan menjadi
target. Cyberbullying tentunya memiliki dampak negatif yaitu adanya perasaan
gelisah dan cemas, serta masalah emosinya seperti perasaan takut membuka media
sosial hingga bunuh diri). Kepercayaan diri merupakan hasil dari proses
pembentukan identitas. Identifikasi diri yang jelas mengarah pada tingkat
kepercayaan diri yang tinggi. Identitas yang kabur akan mengurangi rasa percaya
diri. Kepercayaan diri mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Pada remaja terdapat masa-masa yang dimana
dirinya berubah menjadi negatif seperti hilangnya kepercayaan diri. Salah satu
contohnya adalah mendapatkan perilaku cyberbullying di media sosial.
Kepercayaan diri sangat penting bagi kehidupanseseorang. Kepercayaan diri
merupakan hasil remaja mencari jati diri dan memiliki pengaruh yang besar
terhadap interaksi interpersonalnya.
·
Relationship
Fenomena ketika
individu lebih memilih untuk
berinteraksi dengan
smartphoneyang mereka miliki
ketimbang berinteraksi langsung
secara fisik ini merupakan sebuah istilah baru yang disebut dengan
phubbing.Phubbing merupakan
fenomena yang rupanya
sudah terjadi dalam
skala yang besar
di kehidupan kita. Namun
pada realitanya, tidak
semua orang mampu
menyadari akan bahaya yang
mengintai dari fenomena
ini. Istilah
phubbingmerupakan sebuah singkatan
dari kata phonedan snubbing, yang
digunakan untuk menunjukan sikap menyakiti lawan bicara dengan menggunakan
smartphoneyang berlebihan.
Phubbing
mampu menyebabkan penurunan relasi
sosial antara pelaku
dan penerima phubbing
karena pengabaian atau pengucilan yang
dilakukan baik secara
sadar maupun tidak.
Salah satu karakteristik phubbing yang juga dapat
menurunkan relasi sosial ialah pengalihan kontak mata, dari yang seharusnya
melihat ke lawan
bicara namun teralihkan
ke smartphonedan kemudian dapat
ditafsirkan sebagai pemberian silent treatment, atau penolakan secara
sosial.
Jika dahulu
pepatah mengatakan jauh di
mata dekat di
hati, maka yang
terjadi pada para
perilakuphubbingjustru sebaliknya.
Ketika individu asyik
menggunakan smartphonesaat
terlibat perbincangan,
seringkali iatak mengindahkan
keberadaan lawan bicaranya.
Sehingga hal yang
dekat dimata menjadi jauh.
Ironisnya,phubbingjustru seringkali terjadi ketika momen kebersamaan sedang
berlangsung. Alih-alih menjalin
silaturahim, momen ketika
berkumpul justru menjadi
ajang saling menunduk dan senam jari.
·
Kecanduan
Banyaknya
pengguna media sosial di Indonesia berdasarkan data survei laman Hootsuite We
Are Social. Pengguna media sosial di Indonesia paling banyak pada rentang usia
18- 34 tahun, dimana pada usia 18-24 tahun jumlah pria mencapai 16.1% dan lebih
unggul daripada pengguna wanita dengan persentase 14.2%. Sementara pada rentang
usia 25-34 tahun, persentase pengguna pria mencapai 20.6%, dimana memiliki
persentase lebih besar dibandingkan pengguna wanita dengan persentase 14.8%. Rentang
usia 18-34 tahun merupakan generasi milenial yang tidak bisa berlama-lama tanpa
menggunakan media sosial, karena generasi milenial merupakan penduduk terbesar
dengan usia produktif, dimana salah satu ciri utama generasi milenial ditandai
oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan
teknologi digital. Ketergantungan seseorang terhadap teknologi, terutama media
sosial turut mengubah bagaimana media sosial digunakan. Generasi milenial saat
ini tidak hanya menghabiskan waktu untuk mencari tahu berita yang mereka
butuhkan, namun tanpa sadar mereka menggunakannya untuk mengikuti kehidupan dan
kegiatan orang lain, dimana seolah-olah mereka harus mengetahui setiap hal yang
dilakukan oleh orang-orang terdekatnya karena media sosial memudahkan individu
untuk terus up to date terhadap semua berita baru, apa saja yang telah mereka lewatkan dan memastikan bahwa
mereka tidak tertinggal. Bahkan aktivitas ketergantungan pada media sosial ini
menimbulkan kegelisahan pada diri mereka sendiri. Kecanduan bermedia sosial
mengakibatkan dirinya menjadi lalai dengan kewajibannya dan selalu ingin
bermalas-malasan.
0 komentar:
Posting Komentar